dibaca

Sabtu, 26 Februari 2011

Pemkab Mamuju Utara Belum Bayar Tunjangan Medis

Mamuju (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat , hingga saat ini belum membayar tunjangan medis bagi pegawai Rumah Sakit Umum Daerah setempat mulai medio Januari hingga Juni 2010.

"Bendahara Pemkab Mamuju Utara telah meminta kami untuk menandatangani bukti pembayaran tunjangan jasa medik, namun, ternyata tunjangan jasa medik yang mencapai puluhan juta rupiah itu belum diberikan," kata salah satu pegawai tenaga medis RSUD Matra yang menolak disebut namanya, di Mamuju, Selasa.

Ia mengungkapkan, jumlah tenaga medis yang bekerja di RSUD Mamuju Utara mencapai sekitar 70 orang, termasuk pegawai baru.

"Kami merasa dibohongi dan kecewa berat karena seharusnya  dana tunjangan jasa medik itu telah dibayarkan, mengingat kami sudah menandatangani bukti pembayaran, namun, tanpa ada alasan jelas, dana tunjangan tersebut ternyata masih ditahan oleh bendahara Pemkab setempat," ungkapnya.

Dia menjelaskan, pihaknya sudah berupaya menanyakan kembali ke bendahara Pemkab Mamuju Utara, Boni, namun, upaya itu gagal karena dia (bendahara.red) jarang masuk kantor karena sering berada di luar daerah.

Dia menjelaskan,  Pemkab wajib membayarkan tunjangan jasa medik tersebut sesuai dengan peraturan daerah (perda) dengan dasar pembayaran sesuai jumlah pasien yang dilayani dalam sebulan.

"Jika jumlah pasien yang dilayani banyak, maka tunjangan jasa medik pun pasti tinggi," paparnya.

Ia berharap, dana tunjangan medis tersebut segera dibayarkan oleh Pemkab Mamuju Utara karena itu sudah menjadi hak tenaga medis.

"Jika dalam waktu dekat tunjangan tidak dibayarkan, maka kami bersama teman-teman lain akan melakukan aksi mogok kerja," tandasnya. (T.KR-ACO/Y006
COPYRIGHT © 2010

Pusat Mulai Perhatikan Kondisi Abrasi Pantai Sulbar

Mamuju (ANTARA News) - Pemerintah pusat mulai memperlihatkan secara serius kondisi abrasi pantai sepanjang pesisir pantai yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang kian mulai mengkhawatirkan.

Gubernur Sulawesi Barat, H.Anwar Adnan Saleh, di Mamuju, Kamis, mengatakan, kunjungan kerja wakil presiden di Mamuju telah memberikan dampak positif bagi pelaksanaan pembangunan di provinsi terbungsu.

"Kedatangan Wapres Boediono ke Sulbar telah memberikan nilai tambah untuk melaksanakan pembangunan termasuk penanganan dampak bencana abrasi pantai yang kondisinya mulai merusak pemukiman warga,"kata dia.

Untuk menangani dampak abrasi pantai, kata Gubernur, pemerintah pusat akan segera memasukkan dalam sebuah konsep perencenaan pembangunan secara nasional.

Ia mengemukakan, Wapres Boediono bersama empat kementerian yang menyempatkan datang ke Sulbar telah menyaksikan langsung kondisi bibir pantai yang telah merusak pemukiman warga yang ada di daerah ini.

"Pak Wapres telah mengintruksikan agar segera dibuatkan 'grand desain' untuk menangani bencana abrasi pantai karena sudah termasuk emergensi,"katanya.

Anwar mengatakan, panjang pantai Sulbar sekitar 677 kilometer yang membentang mulai dari daerah Paku, Kabupaten Polman hingga ke arah utara, Suremana Kabupaten Mamuju utara memiliki titik rawan abrasi pantai.

"Berdasarkan pemantauan pada kawasan pesisir pantai, ditemukan sekitar 280 kilometer memiliki titik rawan abrasi pantai yang harus segera di pulihkan karena sangat rawan merusak pemukiman penduduk di kawasan pantai. Yang aman dari bencana abrasi adalah Kabupaten Mamasa karena berada di wilayah pegunungan atau tidak memiliki pantai," katanya.

Dia menjelaskan, sepanjang jalur trans Sulawesi di Sulbar di pesisir pantai Kabupaten Polman, Majene, Mamuju dan Mamuju Utara, semuanya berpotensi terkena abrasi pantai karena telah merusak fasilitas umum termasuk mengancam putusnya jalan trans Sulawesi dan merusak pemukiman warga.

Karenanya, pusat mengharapkan "grand desain" penanganan dampak abrasi ini segera diusulkan ke Bapenas guna menyelamatkan kawasan pesisir yang ada di daerah ini.

"Dampak bencana abrasi pantai di Sulbar menjadi perhatian pemerintah karena disepanjang pesisir pantai jalur trans Sulawesi itu terdapat ribuan pemukiman penduduk berderet dan mengancam memutuskan akses jalan trans Sulawesi itu," katanya.(T.KR-ACO/Y006)

COPYRIGHT © 2011